Ciri-ciri Toxic Relationship dan Cara Keluar dari Hubungan Tersebut

Content Creator • 16 Juni 2023

Ciri-ciri Toxic Relationship dan Cara Keluar dari Hubungan Tersebut

Saat menjalani sebuah hubungan, pernahkah kamu merasa serba salah dan sering ragu pada diri sendiri? Hal ini biasa dikaitkan dengan toxic relationship.

Pastinya, kita menginginkan hubungan yang sehat bersama orang lain, ya. Hubungan yang dibangun berdasarkan sikap positif, saling mendukung satu sama lain, juga kemauan untuk mendiskusikan berbagai hal dengan baik. Sayangnya, tidak semua hubungan berjalan mulus seperti itu. Terkadang kita berinteraksi dengan orang yang membuat diri kita kelelahan secara emosional. Bahkan sering tidak disadari, kita sudah menjalin hubungan dengannya dalam kurun waktu yang lama, bersama semua sikapnya yang ingin menang sendiri dan sulit dimengerti.

Toxic relationship bukan hanya terjadi pada pasangan saja, lho. Tapi, hubungan yang tidak sehat juga bisa tumbuh dalam ikatan keluarga dan pertemanan. Berikut pembahasan mengenai toxic relationship dan tips agar kamu bisa terbebas dari bentuk hubungan tersebut.

Apa Itu Toxic Relationship dan Contoh Kasusnya

Toxic relationship disebut juga hubungan ‘beracun’ yang bisa menimbulkan perasaan tidak bahagia pada seseorang meski ia mengaku bahagia saat bersama pasangannya. Toxic relationship cenderung sulit terdeteksi karena besarnya rasa cinta atau sayang pada pasangan, serta berulang-ulang menerima perlakuan ‘beracun’ dalam waktu yang lama, sehingga seperti sudah dianggap wajar.

Misalnya, alih-alih mengapresiasi, pasangan justru mengkritik tanpa alasan yang jelas atas upayamu dalam memperjuangkan sesuatu. Tanpa bersedia mendengarkan penjelasanmu, ia lantas membuat keputusan sendiri untuk hidupmu atas dasar “demi kebaikan” atau “rasa sayang”. Lambat laun, hal ini akan membuat kamu merasa tidak bebas untuk membuat pilihan sendiri karena dikontrol oleh pendapat dan keinginan pasangan.

Contoh lain dari bentuk hubungan yang toksik yaitu ketika pasangan enggan berdiskusi terkait masalah yang sedang dihadapi dalam hubungan. Sikapnya membuat kamu bingung, bertanya-tanya di mana letak kesalahannya dan siapa yang salah. Hal ini bisa jadi merupakan bentuk silent treatment, serta breadcrumbing atau sikap mempermainkan perasaan. Pada akhirnya, hanya kamu yang berjuang memikirkan solusinya sendiri, disertai rasa serba salah karena merasa gagal menjadi pasangan yang pengertian. Padahal kamu tidak salah sama sekali ketika mencoba menyelesaikan konflik secara terbuka dengan pasangan.

Nah, jika dibiarkan begitu saja dan tidak diakhiri dengan cara yang tepat, toxic relationship akan menjadi luka batin dan pikiran yang serius. Membuat korbannya merasa tidak percaya diri dan takut akan pandangan orang lain. Lebih ekstremnya, dampak dari toxic relationship yang tidak disadari akan menyebabkan stres yang merembet ke self-harm.

Ciri-ciri Toxic Relationship yang Perlu Dikenali

Toxic relationship baru terasa oleh orang yang mengalaminya setelah beberapa kali mendapat perlakuan buruk dari pasangan. Karena dampaknya yang membahayakan diri dan penyembuhannya pun tidak mudah, maka kamu perlu tahu seperti apa ciri-ciri hubungan yang toksik. Jadi, kamu bisa waspada dan tidak sampai terjebak di dalamnya.

1.Tidak mendapat dukungan

Hubungan yang baik dilandasi oleh sikap sportif. Tapi, saat pasangan tidak mendukung pilihan karier, keputusan hidup yang penting bahkan soal remeh-temeh, bisa jadi kamu sedang terlibat dalam toxic relationship. Berbagai alasan yang mendasarinya bisa karena pasangan yang manja dan ingin selalu dituruti, tidak peduli pada pilihanmu, hingga tidak mau kalah saing denganmu.

2. Komunikasi yang buruk

Bukan sekadar sulitnya mengajak ngobrol hal-hal penting, tapi komunikasi yang buruk juga ditandai dengan kata-kata yang penuh sarkasme. Tidak menggunakan ungkapan kasar, namun disampaikan dengan nada yang bisa membuat kamu merasa diremehkan, tak dihargai, atau disepelekan.

3. Dianggap salah dalam semua hal

Meski apa yang kamu lakukan sudah benar, namun di mata pasangan tetap belum sesuai. Misalnya, kamu sudah izin hendak pergi reuni sekolah bersama teman dekat, yang mana reuni juga dihadiri oleh mantan. Namun, pasangan malah menuduhmu melakukan hal yang tidak-tidak. Hal ini akan memicu pertengkaran karena minimnya rasa saling percaya dan bisa berujung pada pengekangan.

4. Sering dibohongi

Sudah pasti kejujuran sangat dibutuhkan dalam membangun hubungan yang sehat. Tapi, apa jadinya jika pasangan hobi berbohong padamu demi kesenangannya sendiri? Kebiasaan ini akan memicu pola komunikasi yang buruk dan tentu termasuk tindakan toksik. Saat sudah dirasa jauh dari komitmen awal, beranikan diri untuk berbicara baik-baik dan mengakhirinya.

5. Pasangan mengendalikanmu

Apa yang kamu utarakan sering kali tidak disetujui pasangan, dan berakhir dengan kamu yang terpaksa mengalah demi menuruti keinginannya. Hal ini termasuk bentuk dominasi dari pasangan yang akan menyulitkan kamu dalam berekspresi dan membuat pilihan sendiri.

Cara Keluar dari Toxic Relationship

Seseorang yang menjadi korban toxic relationship sering kali tidak sadar jika dirinya sebenarnya memiliki luka yang serius, terkhusus mulanya secara emosional. Untuk bisa membebaskan diri, kamu perlu menyadari terlebih dahulu bahwa kamu sedang terjebak dalam lingkaran hubungan yang toksik.

Bagaimana caranya? Salah satu yang paling mudah yaitu mengakui pada diri sendiri bahwa kamu sudah merasa tidak nyaman dalam suatu hubungan. Kamu pun tak perlu malu meminta dukungan pada orang terpercaya untuk curhat. Sering kali, solusi rasional datang dari pihak ketiga yang mendengar atau melihat hubungan toksik yang kamu jalani.

Mengatasi Toxic Relationship dengan Pendekatan Terapi Family Constellation

Menurut intergenerational trauma, pola hubungan yang toksik amat mungkin terjadi dalam suatu silsilah keluarga. Baik itu datangnya dari orang tua, kakek nenek, hingga moyang kita sebelumnya.

Dalam pendekatan family constellation, kita mencoba mengamati dan melihat pola apa yang perlu diperbaiki dalam sebuah silsilah keluarga, agar pola hubungan yang toxic tidak terulang kembali atau bahkan diteruskan. Dengan terai ini, kita akan berfokus pada memulihkan luka batin yang kita dapat dari orang tua atau keluarga, agar perilaku-perilaku yang membawa dampak negatif bisa terobati.

Cari tahu lebih dalam bagaimana terapi family constellation dari Family Constellation Lab dapat membantumu dengan melihat kelas konseling untuk pasangan yang tersedia.